Another Journey :)



Selamat pagi semuaaaa (berharap ada yang membaca)
Mau cerita lagi ini tentang petualangan disaat puasa dan dikota orang, sepertinya bulan puasa selalu memberikan pelajaran berharga bagi saya tentang kekuasaan Maha Raja Allah SWT. Tahun lalu jika masih ingat saya pernah dua kali bercerita tentang pengalaman saya pada bulan Ramadhan yang pertama berjudul "Pagi yang tersipu" yang menceritakan tentang sandal putus saat mengantar adik saya ke sekolah barunya pelajaran tentang bersyukur dan jangan ragu untuk melangkah karena dibalik setiap cobaan pasti ada jalan asalkan kita tetap berusaha dan berdoa, jangan hanya diam pada titik yang kita rasa begitu membuat kita terpukul. Cerita kedua yang berjudul "Malu oleh mereka" yang bercerita tentang rasa bersyukur juga, tentang seorang bapak-bapak paruh baya tanpa alas kaki yang memiliki disabilitas pada kakinya yang begitu menyentuh hati karena dia tetap bekerja keras ditengah keterbatasan yang dia miliki untuk mempertahankan anugerah kehidupan yang telah Allah berikan, tidak menyerah dan tetap berikhtiar, tidak meminta-minta.
Kemarin saya mengalami suatu pengalaman lagi, bagi orang lain mungkin ini hanyalah sebuah perjalanan sepele tapi saya memaknai perjalanan ini sebagai kembali membuktikan bahwa Allah SWT memang Sang Penguasa Hati dan Maha Kuasa. Mari kita mulai ceritanya (jeng jeng jeng)...
Hari kemarin, Senin 13 Juni 2016 atau tepatnya hari ke-8 Ramadhan saya pulang bekerja sekitar pukul setengah lima sore dan tiba-tiba saya ingin pulang naik kereta saja padahal selama bulan Ramadhan ini saya pulang selalu naik angkot. Sesampainya di stasiun cikini saya merasa agak aneh dan sedikit lega pada awalnya karena penumpang yang ada di stasiun tidak terlalu banyak tapi ting tong informasi kereta menyebutkan posisi kereta ada dimana dan yah kereta yang akan saya naiki belum tersedia dan kereta bekasi juga keadaannya sangat penuh dan semakin lama penumpang semakin bertambah banyak dan semakin tidak bisa bergerak dan kereta pun masih belum ada, lama menunggu sekitar 1 jam di stasiun saya sudah tidak sabar dan jengkel dan akhirnya memutuskan untuk turun lagi dan tadinya akan naik kopaja saja, perlu saya bilang hari itu saya hanya membawa uang sebesar Rp. 30.000, turun kebawah saya tidak menemukan bis itu juga waktu itu saya dalam keadaan kesal, lapar, haus, jengkel, yang menyebabkan tidak ada rasa capek dalam diri saya dan akhirnya karena saking kesalnya saya jalan saja lurus dan tidak tahu mau kemana, dalam pikiran saya waktu itu adalah mengukur jarak antara tempat kerja saya ke kosan saya dan jauh ternyata, saya bisa saja naik ojek atau naik taksi jika saya membawa uang tapi apadaya hanya itu uang yang saya bawa. Jalan kaki kearah pemberhentian bis lalu bertanya pada ibu-ibu mengenai bis yang lewat disana jurusan mana tapi tidak ada yang melewati daerah saya tinggal, akhirnya berjalan lagi dan benar-benar tidak tahu arah saya, karena saya pendatang dan tidak tahu jalan sama sekali saya sering sih melewati jalan itu kalau saya naik ojek pas berangkat kerja, tujuan saya waktu itu hanya satu yaitu menemukan halte transjakarta agar saya bisa pulang. Saya berjalan, menemukan persimpangan jalan dan saya hanya mengandalkan feeling saja belok ke kanan, kiri, atau lurus, random banget pokoknya saya bingung juga mau kemana tapi kaki saya tetap melangkah dengan hati saya sebagai navigatornya, terjebak kemacetan saat berjalan kaki sendirian itu sesuatu sekali, emosi tingkat dewa pokoknya, dan saya lihat jam ternyata sudah waktunya magrib dan setelah perjalanan tidak tahu arah itu saya merasa lega karena saya akhirnya sampai di Pasar Rumput dan menemukan halte busway dan saya tahu ada busway yang menuju dukuh atas. Alhamdulillah, saya pikir perjalanan kebingungan ini tidak sia-sia dan yang saya senangi dalam setiap langkah bingung saya adalah ternyata Allah tidak membiarkan saya tersesat, Allah SWT mengendalikan hati saya, dan mengarahkan saya pada jalan yang memang menjadi tujuan saya ditempat yang saya bahkan tidak tahu dimana saya berada. Selalu tersenyum saya setelah semuanya terlewati, merenungi betapa Allah memang Sang penguasa hati manusia dan Maha berkehendak atas apapun. Seperti keluar dari labirin perasaan saya waktu itu, sesampainya di halte Pasar Rumput dan pas Adzan Magrib Mbak-mbak penjaga tiketnya memberikan kami para penumpang sekotak minuman untuk berbuka puasa. Akhirnya perjalanan saya lanjutkan dengan bis dan transit di dukuh atas kembali melihat tumpukan penumpang, tapi kali ini saya tidak kesal karena masih merasa sangat terpana dengan kenyataan bahwa saya keluar dari labirin itu, saya menikmati setiap perjalanan yang saya lalui, menikmati hiruk pikuk kota ini, jalan keluar ternyata bukan hanya satu karena banyak jalan lain yang akan terbuka jika kita mau melangkah.

Jangan takut melangkah, keluarlah dan atasilah kebuntuan yang membuatmu kesal dan bingung yang hampir membuatmu menyerah dan terdiam menunggu karena akan selalu ada jalan disaat kamu benar-benar punya tujuan dan keinginan, kamu hanya perlu melangkah dan berserah diri kepada Allah SWT karena Allah pasti akan menuntun kita kepada jalan yang bahkan kita tidak menyangka jalan itu ada untu kita lalui...
Jangan pernah takut kamu akan hilang, akan tersesat, percayalan Dzat Penguasa Hati Sang Maha Perkasa Allah SWT akan selalu menuntun hati kita kearah yang benar jika kita yakin, kita mau, kita percaya dan tidak berhenti pada titik paling menjemukan yang kita rasakan...

This is my another journey, in another city...



Jakarta, 14 Juni 2016




Yuli Yuliani

Komentar