Rasa yang Tertawan

Rasa Yang Tertawan
 Oleh : Yuli Yuliani
06 Januari 2015, 12:07 AM

Tiba-tiba semuanya meriuh gaduh
Saat malam merayap pada ketepatan hari yang menyengsarakan cita
Ini Cita bukan Cinta
Melodi menggema bernada seirama
Walau kini tanpa makna, hanya rajutan kata yang mendesau tanpa rasa
Bodoh... Bohong
Kalau saja sajak memang tak perlu bernada, jika saja jiwa tak perlu terpana
Mungkin akan kusematkan panji kedamaian kepadanya sang pujangga
Lalu, saat suara mesin mobil tetap menderu didalam keheningan malam didepan jendela rindu
Rintikan hujan akan membuatnya merdu
Pergi... Tak akan ada pengampunan untuk jiwa yang terpasung oleh rasa
Eh, tapi bukankah tak pernah ada kebencian dari setiap pengampunan?
Tapi kenapa kerdil kecil itu mengendikkan bahunya saat kutanya mengapa ia melahirkan kebencian ketika pengampunan datang?
Benarkah kebebasannya memang begitu hina? Benarkah,,,?
Aku berpikir sejenak, tapi hanya dengungan yang kudapat dalam telinga tuliku...
Sepertinya tawanan ini begitu menawan, sampai-sampai sang Ratu begitu membencinya sampai ia mengampuninya,,
Bola besi yang terantai, bergurat dan berkarat ...
Tunggu, aku tahu.. Malam itu, aku menemukannya , jejak kaki yang tak serupa dan terluka..
Namun, apakah diantara skesta itu ada hal yang menyeruak berantakan? 
Sawah-sawah mengering saat Ia datang...
Malam itu angin berhembus lembut. masih sama.. masih hanya bayangan..

Komentar