Menanggapi sebuah fenomena yang terjadi di masyarakat "maya" (lagi)

Hari ini pas buka salah satu akun sosial media langsung disuguhi sebuah fenomena baru yang memang sedang mendunia yaitu tentang selfie. Saya tidak tahu apa yang menyebabkan topik tentang foto sendirian atau berbarengan tapi gak pake pihak ketiga  buat motoin alias independen itu menjadi hal yang begitu happening dan menjadi trend topic hari ini. Karena saya pikir banyak hal yang lebih penting untuk dibahas. Stalking lah saya seperti kebiasaan saya selama ini, ternyata terjadi istilah kerennya sih fanwar tentang boleh atau tidaknya melakuan selfie dalam Islam. Dalam perdebatan itu tentu ada perdebatan sehingga saya namakan fanwar, karena kalau tidak berdebat namanya reuni. Perdebatan ini dipicu oleh kultwit nya salah satu ustad yang mengatakan bahwa jangan melakukan selfie karena memunculkan sikap riya, ujub, dan takkabur dan statement ini didukung oleh para penggemar akun tersebut dengan seperti yang pernah saya tulis di salah satu post blog saya tentang tema yang sama yaitu terkesan kotak-kotak diskriminasi itu hanya pendapat saya sebagai yang berada pada posisi netral alias galau ini. Sedangkan pihak lain yang tidak setuju dengan statement tersebut memberikan reaksi dengan memberikan hastag tentang selfie kepada akun tersebut. Sepertinya sampai detik saya menulis tulisan ini, perang itu masih terjadi.

Berdasarkan fenomena yang saya ceritakan (walaupun tidak jelas) diatas, saya ingin memberikan pendapat. Entah kenapa saya tidak bisa menahan diri ingin berkomentar jika melihat suatu fenomena yang kecil tapi menjadi besar dan perilaku sok benar dari siapapun. Mungkin orang yang membaca postingan ini (jika ada) juga pasti akan berkata kalau saya juga sok benar karena saya menanggapi pihak yang bertikai dengan pendapat mereka masing-masing. Tapi naluri komentator (bola) saya susah dikendalikan, soalnya jika tidak dituangkan nanti saya yang stress sendiri karena kesel, daripada saya kesel sendirian mending saya tulis saja.

Okay kembali pada tema pembicaraan tentang tanggapan saya, komentar saya hanya sedikit sih. 
1. Saya takut berkomentar terlalu jauh karena saya kurang paham, karena saya takut salah soalnya saya pernah melihat sebuah tayangan yang menyebutkan bahwa selain ada amal yang selalu mengalir walaupun kita sudah meninggal, ada juga dosa yang tetap mengalir ketika kita sudah meninggal yaitu dosa jariyah. Jadi saya tidak ingin memberikan pengaruh yang salah kepada siapapun karena jika itu terjadi dan orang lain yang terpengaruhi itu mempengaruhi yang lain lagi itu akan tetap mengalir.
2. Saya sih pernah membaca juga kalau cara terbaik untuk memberikan nasihat adalah dengan contoh perbuatan. Jika kita masih melakukan yang kita larang maka percuma, sampai mulut berbusa mungkin tidak akan diikuti.
3. Sebenarnya menilai diri sendiri adalah hal yang paling sulit, karena ada penyangkalan alami dalam diri setiap manusia tentang dirinya. Subjektivitas terhadap diri sendiri adalah hal yang sulit dikendalikan.
4. Ini sudah sore, dan saya sudah capek melihat sesuatu yang berbeda itu berdebat..


Selamat sore :) , semoga semua semakin dewasa. Termasuk saya, yang harus berhenti mengomentari setiap masalah kecil yang kekanakan.. Terimakasih dan maaf..

Komentar