Kata Orang Ini Yang Bernama "SAKIT"

Ketika menonton sebuah film, seperti biasa mulut saya tidak pernah bisa diam tanpa memberikan komentar terhdap alur cerita film yang saya tonton itu, semua orang sudah tahu kebiasaan saya itu sehingga mungkin mereka berusaha keras untuk memahami dan tetap menikmati film nya walaupun mendengar betapa berisiknya saya dari awal film itu diputar sampai akhir. Kemarin saya menonton sebuah film berjudul "Grean Fictions" sebah film remaja yang berasal dari Thailand, film ini bagus becerita tentang persahabatan,cinta keluarga, dan mimpi, film yang menyuguhkan semua cerita itu dibalut dengan komedi yang memang pas dengan genre remajanya, dibagian akhir ada suatu adegan yang bahagia tapi menyedihkan, saat itu saya berkata "mungkin pengantin laki-lakinya pergi kesuatu tempat untuk membuat kejutan dan kembali lagi untuk membuat cerita yang lebih romantis karena lamaran dan pernikahannya kali ini diminta oleh adik dari pengantin wanitanya jadi tidak ada persiapan" dalam statement itu saya mengharapkan suatu alur yang bahagia, namun ternyata pengantin pria itu tidak datang kembali, lalu teman saya berkata " wah salah lagi tebakan ceritanya, kamu memang tidak siap untuk suatu kehidupan yang pahit" dia berkata seperti itu dan saya kaget bukan seperti itu yang saya rasakan kemudian saya menjawab ;
 " Justru karena saya terlalu banyak merasakan pahit sehingga saya memimpikan sesuatu hal yang bahagia".....

Pahit, Sakit , Perih, Bahagia, Senang, Tertawa, dan Menangis Alhamdulillah saya pernah mengalami hal itu semua, berarti saya memang mahluk hidup. Ketika saya berada dirumah beberapa waktu yang lalu, biasalah terjadi pembicaraan yang membahas tentang kehidupan keluarga kami, kembali mengingat masa lalu yang bahagia sampai pada masa lalu yang pahit yang memang menghabiskan air mata pada saat itu, tiba-tiba saya tersenyum berkata kepada ibu saya " Mah, gak nyangka ya didalam kehidupan saya, saya telah banyak mengalami banyak hal, cerita yang tidak pernah saya bayangkan dapat menyentuh kehidupan saya dahulu ketika saya anak-anak, gak nyangka ya kalo dulu saya pernah ngalamin hal menyeramkan saya tahu rasanya bagaimana orang yang lumpuh tak bisa berjalan, merasakan betapa harus tergantung dengan obat selama beberapa tahun, pernah ngerasain keluarga kita dijauhi banyak orang termasuk keluarga kita sendiri, pernah ngerasain makan cuma makan kerupuk sama kecap setiap hari, ngerasain makan kangkung setiap hari karena kondisi ekonomi sampai sekarang saya trauma dengan sayur bernama kangkung itu, pernah ngerasain kecewa karena tiga kali gagal ikut olimpiade, ngerasain harus ngejalanin KKN sampe 2 kali karena pas kkn pertama tiba-tiba sakit, ngerasain susahnya dan sakitnyya memperjuangkan kata LULUS untuk dapet gelar Sarjana Ekonomi" disaat mengatakan hal itu bibir saya tersenyum mengingatnya ada rasa bangga namun tak dapat dipungkiri sakit. Ibu saya bahkan hampir terbata berbicara mengatakan semoga hal-hal tersebut semoga tidak akan pernah terulang kembali, masa-masa dimana bahkan kami tidak tahu rasanya sakit karena terlalu sakit perasaan kami.

Kehidupan bukan hanya kesakitan bagi saya, kehidupan adalah bagaimana cara kita mengambil arti dari kesakitan tersebut, saya tidak melupakan semua rasa sakit yang pernah saya rasakan karena itu adaah bagian dari cerita hidup saya cerita yang memang membangun saya yang utuh, dulu ketika saya mengalami kelumpuhan itu saya alami ketika saya kelas 1 sekolah menengah pertama, hal yang akan sangat menakutkan jika saya ingat , hanya terduduk dikursi dan tertidur saja saya waktu itu, saya mengingat sekali dengan jelas betapa khawatir dan sedihnya kedua orangtua saya melihat keadaan saya yang seperti itu, mereka kasihan terhadap saya karena saya adalah anak perempuan bagaimana jika saya tidak dapat sembuh kembali? bahgaimana masa depan saya nanti?. Ibu saya sering menangis ketika melihat anak-anak seumuran saya lewat didepan rumah saya untuk bersekolah, Ayah dan Ibu saya adalah malaikat tanpa sayap yang Allah titipkan untuk saya yang amat sangat saya syukuri, jika saja bukan mereka entah apa yang akan terjadi pada saya, malaikat-malaikat itu tanpa lelah menunggu hari demi hari dan melakukan apa saja asalkan saya sembuh, mereka rela mengorbankan apapun demi kesembuhan seorang anak waktu itu, jika saja bukan mereka saya tidak tahu apakah saya bisa menulis cerita ini sekarang.
Kejadian dan musibah itu adalah hal yang paling membuat saya sedih selama hidup saya ini, menyaksikan kedua orangtua saya bekerja keras, bukan hanya waktu, tenaga, dan harta tapi juga perasaan, sedih rasanya jika mengingat jika demi kaki saya ini dapat berjalan kembali entah berapa banyak rupiah yang keluar, sampai keadaan ekonomi keluarga kami menjadi terbalik. Mencoba mengingat perasaan saya waktu dulu, entah karena saya masih kecil waktu  itu atau apa tapi saya ingat pada waktu itu saya tidak sedih, saya tidak putus asa, saya tidak merasakan sedikitpun ketakutan kalau saya tidak dapat berjalan kembali nantinya, saya selalu berpikir bahwa besok hari saya pasti akan kembali berlari menginjakkan kaki kembali dibumi dan mengejar mimpi yang saya impikan, semangat itu adalah semangat yang sangat saya ridukan...
Ibu dan Bapak saya adalah orang terhebat yang pernah saya kenal, orang terhebat yang saya miliki... Tangan Tuhan ada pada mereka, cinta Tuhan adalah cinta mereka...
Saya bersyukur karena saya memiliki mereka....


Saat ini saya merasakan terluka dalam kembali karena satu hal, tapi saya tahu bahwa Malaikat-malaikat tak bersayap itu serta Allah akan tetap ada disamping saya..

Purwokerto, 13 April 2014

Komentar