Langkah Akhir yang Terseok dan Cerita Indah Masa Depan

Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi angkatan 2010. Sudah hampir empat tahun saya menghabiskan waktu dikota asing yang belum pernah saya kenal sebelumnya ini, sepertinya waktu dipaksa berlalu terlalu cepat, barusaja saya selesai mengungkap sebuah kisah anak-anak sekolah dasar yang polos dan ceria, lalu melewati sebiuah dimensi dimana beranjak menjadi remaja bersama teman-teman dengan seragam putih biru berlogo SMP Negeri 1 Kota Tasikmalaya, beranjak dengan mimpi untuk bisa masuk kedalam sebuah gerbang sekolah dengan tulisan SMA Negeri 1 Kota Tasikmalaya dimana fase lain mulai menghampiri dimana seorang remaja akan berubah menjadi seorang manusia dewasa. Lembaran cerita yang baru saja teringat kini harus kembali menemui ujungnya untuk memulai hal yang baru kembali dimasa yang kita inginkan namun adakalanya kita ingin kembali menarik diri jauh ke masa-masa yang tertinggal.
Disini, dikota ini dimana saya tidak pernah membayangkan bahwa ternyata sosok seperti saya bisa bertahan disini sendiri tanpa orangtua, tanpa sebuah rumah yang nyaman dan hangat tidak terasa akhirnya sampai pda sebuah langkah terakhir yang akan membuat saya kembali harus menyimpan semua yang terjadi disini sebagai cerita dalam drama kehidupan saya bersama waktu-waktu yang lalu, akhir dimana saya harus kembali membuat satu buku cerita tentang Kota ini, Kampus ini, dan banyak orang yang terlibat didalamnya. Langkah terakhir ini terasa berat, terasa berjalan terpincang untuk mencapai suatu garis finis yang menunggu didepan mata, hanya beberapa senti saja dari pandangan namun masih belum tergapai karena kaki masih tertinggal dibelakang, kejenuhan yang melanda membuat semuanya menjadi semakin parah, karena otak, tangan , dan hati bahkan tak bisa saya ajak untuk berkomunikasi dalam hari-hari ini. 
Menuliskan sebuah kisah adalah hal yang saya sukai, namun disaat saya berhadapan dengan sesuatu pembuktian sepertinya saya sedikit malas, demi sebuah gelar yang ditunggu hanya satu langkah yang menunda saya, entah kepada siapa saya harus mengadu menyampaikan betapa baik-baiknya keadaan saya namun mata tak bisa berkata sebaliknya dari apa yang saya rasakan. Kecewa yang saya telan sendiri, rasa takut ini saya hadapi sendiri, tetap melangkah mengais kata dan fakta-fakta yang akan mengantar saya pada sebuah gedung megah dengan memakai toga. Tuhan ada disini, disamping saya dengan waktu dan belaian kasihnya, menjaga hati dari kehancuran, menjaga mata untuk tetap memandang kedepan, ingat demi sebuah kisah lain yang indah dimasa depan.
Terlalu bertolak belakang mungkin runtutan kisah dalam cerita ini. Hanya sebuah tulisan, hanya sebuah lukisan dan pahatan bagi sebuah rak dalam perpusatakaan yang entah akan disentuh ataukah tidak itulah langkah akhir yang terseok, satu langkah yang bisa membuat saya tersenyum dan menangis, sebuah langkah kecil namun berliku. 
Namun pada saatnya nanti, saya yakin saya akan sampai digaris finis yang saya kejar itu. Hanya saja mari berkompromi dengan waktu, mari bekerjasama dengan doa, mari berjalan searah putaran bumi, demi sebuah cerita indah masa depan seperti cerita-cerita indah masa lalu.

Komentar