Melankolik yang Lari dari Emosi

Jika dilihat semua warna dari tulisan yang saya tulis dan rasa yang tercermin didalamnya kebanyakan berwarna gelap, rasa nya juga selalu sedih, bingung. kacau padahal pada kenyataannya saya bukanlah orang dengan hati yang selalu sendu.. berbanding terbalik.

Mungkin saya seorang melankolik yang perasa sangat perasa, namun saya sangat menghindari hal-hal yang cenderung melibatkan emosional saya, saya mengindari semua atribut dengan judul haru biru, menghindari semua perkataan yang dalam dan menyentuh jika itu berkaitan dengan hal-hal yang begitu berarti dalam hidup saya...

Mungkin agak aneh, disaat semua anak mengungkapkan betapa sayangnya mereka kepada orang tua mereka bisa dengan sebuah kata yang indah dan melakukan sebuah pelukan bahkan menangis saat momen-momen yang penting dalam kehidupan mereka saya malah menghindari semua hal tersebut. Tak pernah saya ingin menunjukkan kasih sayang saya bagi mereka lewat sebuah kata, atau bahkan lewat pelukan dan air mata secara langsung terhadap mereka yang saya lakukan hanyalah menuliskannya secara diam-diam.. Entah kenapa saya tidak senang dengan hal itu, mungkin karena saya takut terlihat lemah? saya tidak tahu..

Arogansi yang sering saya tunjukkan entah itu bagian dari diri saya ataukah bukan saya juga tidak mengerti, saya pernah bertanya kepada seorang teman sebuah pertanyaan yang mungkin terdengar tidak manusiawi dan agak sedikit membuat alis berkerut, saya menanyakan kepada teman saya itu tentang bagaimanakah rasanya menyayangi orang? sebenarnya apa yang dirasakan disaat menyayangi orang itu? orang lain selain orang tua kita dan saudara kita... Bukan berarti saya tidak menyayangi siapapun, saya hanya terlalu lama menghindari banyak hal yang bersifat melibatkan perasaan dalam kehidupan nyata, maka dari itu saya adalah orang yang sangat canggung jika bersentuhan dengan hal tersebut, misalnya sebuah persahabatan, percintaan, atau hal lain...

Jahat ataukah tidak juga saya tidak tahu, ketika ada kehilangan orang yang dicintai dari keluarga yang dimulai dengan meninggalnya kakek dan nenek buyut saya, lalu disusul oleh kakek saya, paman saya, nenek saya dan juga nenek tiri saya dari semua kehilangan itu saya merasa sedih namun entah kenapa saya tidak merasakan sebuah kehilangan, pada awalnya saya hanya ingin menutupi rasa kesedihan saya dari mata siapapun, saya tidak ingin siapapun melihat air mata saya, namun semakin lama ketika saya ingin sekali mengekspresikan kesedihan saya disaat saya memang merasakannya rasanya hati saya hampa, hanya ada sedikit rasa sakit dan air mata saya seolah kering tak mengalir. Bahkan terkadang saya merasa ketika saya menangis, itu adalah sebuah ekspresi palsu dari diri saya karena sebenarnya terkadang saya tidak merasakan apa-apa.
 

Komentar