Alhamdulillah masih bisa bertemu dengan bulan suci Ramadhan, Alhamdulillah masih diberi kesempatan untuk memperbaiki diri, Alhamdulillah masih diberi kesempatan untuk belajar banyak hal baru dari manapun sumbernya.
Saya ingin menceritakan pengalaman saya kemarin sore saat saya mengantar adik saya sekalian ngabuburit ke sebuah bengkel motor. Tidak ada yang istimewa dengan sore itu pada awalnya, sampai pada saat saya menunggu selesainya kepentingan adik saya di bengkel itu saya menunggu disebuah kursi dipinggir jalan dan menghadap kejalan raya. Seperti biasanya, saya sedang melihat kesekeliling jalan memperhatikan banyaknya kendaraan yang lewat hilir mudik, tiba-tiba saja lewat didepan mata saya seorang bapak setengah baya tanpa alas kaki mendorong gerobak, pekerjaan bapak itu sudah jelas beliau adalah seorang pencari barang-barang bekas atau istilahnya barbek. Saya terpana dengan pemandangan didepan mata saya itu, beliau melintas dengan mendorong gerobak itu susah payah, beliau juga seorang yang memiliki disabilitas sebelah kakinya lebih panjang sehingga ketika beliau berjalan melangkah kaki kirinya diangkat oleh tangan kirinya selangkah demi selangkah, saya tak membayangkan betapa perih telapak kaki tanpa alas berjalan diatas aspal yang panas, jika itu saya pasti kaki ini sudah melepuh.
Rasanya sedih, rasanya teriris melihat pemandangan itu, tapi jauh dalam diri saya melihatnya merasa bangga pada beliau dan saya merasa malu jika saya melihat kedalam diri saya. Dia, bapak setengah baya tanpa alas kaki itu mampu berjuang hidup dengan usahanya, dengan keringatnya, dan bukan meminta-minta. Dia masih tetap berjuang, berjalan jauh, menghalau teriknya matahari, panasnya aspal jalanan, demi mempertahankan apa yang Allah SWT telah anugerahkan kepadanya yakni kehidupan itu sendiri. Saya tak mengenalnya, sayapun tak tahu bagaimana kehidupan sebenarnya, tapi saya melihat dia lewat didepan saya dan membuat saya merasa terenyuh, Allah SWT menegur hambanya dengan cara apapun, Alhamdulillah.
Saya benar-benar merasa malu, ketika saya masih selalu merasa kekurangan dan tidak bersyukur atas anugerah yang Allah berikan, terkadang hanya cobaan yang saya ingat padahal nikmat dan rejeki yang Allah SWT berikan jauh lebih besar. Saya malu, karena mereka bisa berjuang berbuat sesuatu untuk penghidupannya, sedangkan saya yang katanya seorang sarjana masih belum bisa berbuat apa-apa bahkan hanya untuk diri saya sendiri, saya hanya menunggu sebuah pekerjaan datang, bukan mulai bekerja menciptakan pekerjaan itu, saya malu benar-benar merasa malu... Alhamdulillah Allah SWT masih mengingatkan saya atas hal yang saya lupakan.
Tasikmalaya, 20 Juni 2015...
Komentar
Posting Komentar