Mendengar Suara Yang Tenggelam

Judul postingan kali ini adalah "Mendengar Suara Yang Tenggelam" , mungkin akan langsung terbayang lagi berenang di pantai tapi sambil gak bisa renang eh kelelep dan minta tolong tapi gak ada yang dengerin. Tapi yakin sih pada ngerti maksud dari judul postingan ini. Ini adalah cerita dimana saya punya pengalaman dengan suara yang tenggelam ini.
Sebagai seseorang yang cenderung lebih banyak mendengarkan ketimbang berbicara saya memang sangat jarang bercerita tentang apa sebenarnya yang ada dalam pikiran dan hati saya, kebanyakan orang yang saya kenal dan mejadi teman baik saya adalah orang-orang yang speak up dan selalu aktif bercerita. Menjadi seorang listener itu enak sebenarnya, karena kita bisa dapet banyak sekali pengalaman dan cerita baru walaupun kita belum pernah mengalami apa yang diceritakan seseorang kepada kita. Enaknya kita bisa tahu banyak hal, bisa tahu cara orang berpikir, cara orang mengatasi masalahnya masing-masing dari hanya mendengarkan cerita mereka. Cerita mereka yang pernah bercerita kepada saya seperti buku dongeng yang bisa bercerita sendiri, setiap babak, setiap peran, dan karakter bisa kita dapatkan sekaligus. Tapi menjadi seorang listener juga ada hal yang kurang enaknya, gak enaknya adalah karena kita terlalu terbiasa mendengarkan, kita jadi takut orang lain tidak memiliki simpati yang sama seperti yang kita berikan ketika kita mendengarkan orang lain, dan juga jarang orang yang bisa mau mendengarkan cerita si pendengar ini, bukan meng- underestimate- kan orang lain, tapi saya terkadang merasa bahwa ketika saya bercerita jarang yang bisa mendengarkan saya dengan baik karena kebanyakan dari mereka selalu mengalihkan kepada pembicaraan pribadi mereka sendiri ketika saya mulai mau bercerita. Kadang gak enak sih, berasa kalau misal mereka ngbrol selalu saya dengarkan dan berikan respon saya dan selalu fokus pada apa yang mereka ceritakan tapi ketika saya ingin balik bercerita terkadang tidak sama, saya tidak mendapat respon yang saya harapkan. 
Menjadi seorang listener itu rumit, rumit karena ekspektasi diri untuk didengarkan ketika mereka berbicara terlalu tinggi, mereka berharap respon orang lain yang mendengarkan akan minimal sama dengan apa yang mereka berikan kepada orang lain yang sedang bercerita. Hal ini saya kira karena apabila seorang listener itu mau bercerita kepada orang lain itu berarti apa yang ada dalam hatinya atau yang ia ceritakan itu merupakan hal yang sangat penting dan tidak tertahankan karena hal ini akan sangat jarang terjadi, jadi wajar saja ketika orang-orang yang tidk terlalu banyak bicara ini mengharapkan respon yang baik dari siapapun itu pendengarnya. Karena mereka hanya akan bercerita kepada orang yang mereka anggap nyaman untuk bicara dan percayai.
Selama ini saya pribadi belum mendapatkan seorang pendengar yang baik dan mampu mengerti apa yang saya rasakan dan pikirkan selain orang tua saya, kebanyakan hanya mendengar sambil lalu dan akhirnya lupa. Tapi pernah ada satu orang yang mampu mendengar kata-kata yang keluar dari mulut saya disaat semua orang tidak mendengar dan tidak memberikan respon apapun atas kalimat yang saya sampaikan. Saya cukup terkejut dengan hal itu, karena hanya orang itu yang mampu menangkap suara saya yang tenggelam diantara yang lain yang bahkan teman baik saya pun waktu itu tidak dapat menjangkau suara saya.
Ada dua hal yang menjadi mungkin, pertama : dia adalah seorang listener juga atau dia adalah kombinasi dari speaker dan listener. Apapun itu saya ucapkan terimakasih kepada dia yang waktu itu menjangkau suara saya yang tenggelam jauh didasar. Terimakasih mau mendengar si pendengar ini. Jadi itulah yang ingin saya sampaikan bahwa menjadi seorang pendengar itu antara menyenangkan dan menyebalkan..


Yuli Yuliani

Komentar